TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Hayo, jangan takut jadi vlogger (video blogger). Gampang dan menyenangkan kok prosesnya. Bahkan bukan kemuskilan kalau karya kita jadi sarana komersial yang menggiurkan.
Saat memberi materi kursus membuat vlog kepada para jurnalis yang tergabung dalam Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Hotel Ibis Harmoni, Jakarta, Kamis (7/6/2018), vlogger Wahyu Indarto menguraikan, untuk menjadi vlogger, pertama tentu saja harus memiliki channel video blog (vlog).
“Cari nama channel yang unik dan mewakili content atau isinya. Ini salah satu daya tarik untuk promosi. Tapi pakai nama sendiri juga ga apa-apa, kok” terang Wahyu.
Selanjutnya, selain nama, tampilan channel vlog-nya usahakan juga semenarik mungkin sehingga banyak orang tertarik melihatnya. Lepas itu kontennya juga harus digarap serius dan semenarik mungkin.
“ Data harus akurat dan terkini. Eksplor data yang ada dari nara sumber dan referensi lainnya, “ungkapnya detail.
Baca Juga: Pulau Bidadari, Dari Tempat Berlabuh, Benteng, Hingga Destinasi Wisata
Wahyu menyarankan sebaiknya pilih konten yang sesuai dengan karakter dan minat. “Sebagai vlogger yang bukan artis tersohor, kita harus tahu daya tarik diri kita sendiri. Apakah dari wajah, cara bicara, dan lainnya. Pokoknya harus ada yang di eksplor dari diri kita. Jadikan itu sebagai nilai lebih” ungkapnya.
Sedangkan untuk pengambilan gambar (shooting), lanjut Wahyu usahakan gambarnya stabil (tidak goyang dan tetap fokus). Untuk kemudahan bisa menggunakan tongsis, monopod atau tripod.
“Angle harus variatif dan tidak monoton. Ada yang difokuskan, tapi bisa jadi juga ada yang sengaja diblur. Ada yang low angle, midle angle, high angle, longshoot, midleshoo, close up dan lainnya. Upayakan ngle-nya spektakuler dan berkualitas,” terangnya sambil menambahkan kalau penggunaan drone dangat membantu dalam variasi gambar.
Dari sisi subjektivitas, sebagai vlogger, bisa muncul dalam video (in frame) atau tidak muncul (out frame). Begitu pula dengan audionya. Diantara keduanya harus ada keselarasan. “Kalau gambar bagus tapi audionya jelek, itu gagal. Jadi audio-nya harus jernih. Untuk antisipasinya bisa menggunakan clip on untuk HP,” tegas Wahyu.
Variativitas audio sangat diperlukan. Bisa dengan menggunakan musik tema (theme music) dan musik latar (backsound). “Yang penting. Kita harus tahu apakah musik yang kita gunakan itu punya hak cipta atau royalti tidak? Jangan jadi bomerang yang merugikan kita,” tambahnya mengingatkan.
Simak Video: Chateraise Gobel Indonesia
Untuk meng-edit gambar dan audio, sambung Wahyu, gunakan saja aplikasi gratis yang ada di playstore. “Banyak kok. Tinggak download. Misalnya kinemaster yang memiliki fasilitas tambah video, teks, gambar, picfure inpicture, efeck transisi, teks, set volume audio, output HD, dan bisa langsung di-share ke medsos,” urai Wahyu.
Nah, bila karya kita sudah selesai dan siap tayang, baru sebar ke youtube. “Ideal durasi vlog 3-5 menit. Kalau kontennya menarik, bisa juga sampai 10 menitan, ” paparnya.
Lepas itu, agar cepat dikenal, selain kualitas vlog-nya juga diperlukan kuantitasnya dalam penayangan. “Buat video dengan konten yang menarik, lalu nge-vlog sesering mungkin, minimal 1 minggu satu video, dan jangan lupa di-share ke komunitas vlogger dan youtuber lainnya,” imbaunya.
Menurut Wahyu peluang menjadi travel vlogger masih sangat terbuka lebar karena masih banyak hal-hal unik dan menarik yang bisa dieksplor. “Jaga content dan harus continue. Tapi yang juga tidak kalah penting, untuk kebaikan dan keamanan, hindari tayangan yang berbau SARA,” pungkas Wahyu.
Gampang kan? Jadi, kenapa takut jadi vloger!
Ismail Sidik